Saya pikir jika setiap manusia akan selalu berkata-kata di dalam hati dan pikirannya. Entah berapa lama kita mampu tidak berkata-kata sama sekali. Dimanapun dan kapanpun, jarang sekali kita benar-benar diam termenung dengan pikiran yg kosong tanpa ada kata yg terlontar. Pikiran ini terus menerawang, membaca, merencanakan, berprasangka, mengenang, memerintah, ataupun berimajinasi. Dan karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu termasuk apa yg kita pikirkan, maka pikiran itu akan diarahkan oleh-Nya kepada suatu hal dan kenyataan sesuai kehendak-Nya secara kita sadari ataupun tidak.
Setiap lintasan pikiran itu bisa berarti doa dan bisa berakibat sebuah karma. Sebuah buku dan film berjudul “The Secret” menjelaskan jika pikiran kita mampu menarik seluruh alam semesta untuk mendukung apa yg kita pikirkan. Yang menjadi sorotan saya adalah sebetulnya Allah-lah yg memerintahkan alam semesta ini menuruti doa-doa orang yg dikehendaki-Nya. Dan yg menjadi tambahan adalah apa yg kita pikirkan tentang sesuatu itu bisa berbalik kepada diri kita sendiri. Pengalaman saya pribadi menunjukkan kedua hal ini.
Suatu ketika saya terlibat dalam suatu komunitas di Karawang yg sedang membutuhkan anggota tambahan. Anggota tambahan ini diharapkan mampu aktif berkegiatan dan setidaknya mempunyai pengalaman berorganisasi. Dan dikarenakan komunitas ini basic kegiatannya adalah seputar bisnis, maka anggota tambahan ini pun sebaiknya adalah seorang pengusaha. Pada saat itu, ternyata sangat sulit bagi saya untuk menemukan spesifikasi anggota seperti itu, terlebih saya adalah seorang pendatang di Karawang yg juga merupakan daerah industri, dimana sebagian besar masyarakatnya bekerja di pabrik.
Dalam suatu kepasrahan, saya berkata di dalam hati jika seandainya saya bisa menemukan seseorang yg mirip dengan saya pribadi. Saat itu, ingin rasanya mempunyai jurus kage bunshin ala Naruto. Dan selang beberapa hari muncul sebuah SMS dari seseorang yg mengajak ketemuan. Ketika itu saya bingung darimana dia mendapatkan nomer HP saya karena memang sebelumnya saya tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengannya. Beliau memperkenalkan dirinya sebagai koordinator suatu komunitas bisnis lain di Karawang. Ketika pertama kali bertemu, kami ternyata cepat akrab karena memiliki visi dan pandangan yg hampir sama. Beliau pun fokus membesarkan usahanya sendiri di bidang makanan dan minuman. Dan yg menjadi kejutan terbesar bagi saya adalah nama beliau Fajry, nama yg juga mirip dengan saya (apalagi jika diucapkan berbarengan). Dalam pertemuan-pertemuan berikutnya saya pun mengetahui jika kondisi beliau saat itu 11-12 dengan kondisi saya saat itu juga, dalam hal bisnis, organisasi, dan komunitas. Yg menjadi perbedaan adalah beliau orang asli Karawang yg telah menikah (sigh…), yg berarti sesuai juga dengan keinginan saya mempunyai partner asli orang Karawang yg dilengkapi dengan ‘ilmu kemapanan’. Subhanallah.
Dalam peristiwa lain, suatu ketika saya melihat kaki karyawan yg sedang terluka. Katanya luka itu didapat akibat goresan mesin traktor ketika membajak sawah. Terus terang saya agak jijik melihatnya karena luka tersebut agak menganga dan terkadang dihinggapi lalat ketika bekerja. Pada siang harinya, saya pergi ke daerah Purwakarta menaiki motor bersama seorang teman karena ada suatu keperluan. Dalam perjalanan pulang ke Karawang, terjadi hujan yg cukup lebat dan kami pun menepi. Akibat lelah menunggu dan waktu sudah mulai kesorean, kami pun nekat menembus hujan untuk melanjutkan perjalanan. Pada suatu jalan menurun yg licin, motor yg kami naiki slip dan kehilangan keseimbangan. Akhirnya kami terjatuh dengan kaki menghantam aspal. Cepat-cepat kami bangkit dan bergerak ke pinggir jalan. Tak terbayang nasib kami jika ada truk di belakang motor kami. Di pinggir jalan, saya mengecek kaki saya yg terasa perih dan ternyata lukanya berbentuk goresan memanjang yg sekilas mirip dengan luka karyawan yg paginya saya lihat. Astaghfirullah.
Ketika memikirkan kedua peristiwa yg berlainan seperti itu, saya pun terkadang jadi merinding. Dan jika setiap peristiwa bisa direfleksikan, sebetulnya banyak peristiwa lain yg juga terjadi akibat lintasan pikiran kita. Bisa begitu indahnya dan begitu berbahayanya lintasan pikiran yg ada di benak kita. Saya selalu percaya jika pikiran kita memancarkan gelombang doa yg bisa berbuah baik bagi kita dan bisa juga berbuah karma simalakama. Seakan-akan pikiran kita mempunyai frekuensi tertentu dan menarik sesuatu ataupun seseorang berfrekuensi sama. Dan tentunya ini menunjukkan jika sesungguhnya Allah Maha Adil dan Maha Memberi Peringatan. Doa yg baik dan buruk akan Allah kabulkan jika Ia berkehendak. Doa baik yg terkabulkan menuntun kita agar terus bersyukur dan ‘doa’ buruk yg terkabulkan menuntun kita agar terus beristighfar dan bertaubat. Dan keduanya menuntun kita agar terus ingat kepada-Nya dengan selalu menjaga pikiran dan perkataan kita. Wallahu alam.