Dreamer Wisdom

Back to the moment, ketika saya resign dulu, ada wawancara akhir dengan psikolog yg menguatkan niat saya untuk mengembangkan mimpi-mimpi saya ke depan. Proses resign dulu memang terasa begitu cepat, pikiran saya memang terkadang meledak-ledak ketika ada sesuatu yg ingin dilakukan. Rencana resign ketika umur 30-an, yaitu setelah bekerja sekitar 8 tahunan, mengalami percepatan jadwal menjadi hanya 6 bulanan setelah bekerja. Tidak disangka jika psikolog itu memfasilitasi saya dengan nasehat-nasehat yg berharga hingga saat ini. Saya pikir tidak ada salahnya jika saya menuliskannya kembali di blog ini.

Yang pertama adalah memilih lingkungan positif berupa komunitas atau kelompok masyarakat yg benar dan mampu mendukung terwujudnya mimpi-mimpimu. Dengan posisi saya sebagai pendatang di Karawang saat itu, saya tidak punya kenalan ataupun koneksi yg bisa menuntun saya untuk memilih lingkungan yg tepat. Proses pencarian orang2 dengan lingkungan yg tepat memang menjadi suatu pengalaman yg menarik, especially when you don’t know where you are.

Yang kedua adalah memilih pasangan hidup. Bagi saya, ini nampaknya hal yg lebih sulit dari hal yg pertama. Pasangan hidup sebaiknya adalah orang yg mempunyai visi yg sama dengan pengetahuan dan pola pikir yg bisa memahami arti dari mimpi-mimpimu. Katanya membina seorang istri itu lebih melelahkan daripada membina sebuah masyarakat. Katanya lagi kehilangan rumah tangga bisa berarti kehilangan segalanya. Yang saya pikirkan adalah proses pencarian pasangan hidup merupakan proses pemantasan diri. Dalam perjalanan pribadi pun, saya sering mendengar cerita dan kasus yg menarik ketika bertemu teman2 yg telah menikah. Mayoritasnya adalah tentang rezeki dan kemudahan yg tiba2 mengalir setelah menikah. 

Yang ketiga adalah tentang membuat anchor dalam perjalanan meraih mimpi. Anchor disini bisa berarti suatu penyemangat ketika nanti harus jatuh bangun. Bentuk anchor itu bisa berupa sebuah event, kenangan tak terlupakan, ataupun momentum saat memulai. Sesuatu yg bisa diputar kembali di dalam otak. Bagi saya, menulis pengalaman pribadi seperti ini bisa menjadi anchor. Menghargai dan menikmati semua tahapan dan pencapaian memang bisa memotivasi diri sendiri.

Yang keempat adalah mengenali potensi diri sendiri. Hanya diri sendiri yg bisa menakar dan menilai hal ini. Bisa juga dengan mengenali karakter-karakter orang lain dan membandingkannya. Yang perlu diperhatikan adalah setiap orang sukses mempunyai karakternya masing-masing. Begitu beruntungnya kita ketika saat ini banyak buku yg menceritakan perjalanan hidup mereka. Membandingkan dan menyamakannya dengan diri sendiri bisa menjadi pembelajaran yg membuat perubahan. Be yourself disini berarti to be the best of yourself.

Yang kelima adalah mengenali medan yg akan dihadapi. Ini hal yg vital dalam menentukan seberapa cepat kita bisa berkembang dan dipercaya oleh sebuah masyarakat. Prosesnya mencakup analisis struktur sosial yg ada, tingkatan pendidikan, persepsi masyarakat, pola pikir yg berkembang, dan tokoh-tokoh yg ada di masyarakat tersebut. 

Perencanaan memang menjadi hal yg penting dalam melakukan proses-proses tersebut, meski dalam pelaksanaannya seringkali banyak hal yg di luar dugaan. Tetapi, justru itu yg memperkaya dan melejitkan kualitas diri. Nyatanya Allah selalu memberikan apa yg kita butuhkan dan memberikan juga ujian yg sesuai kemampuan kita. Jika perjalanan menuju mimpi itu perjalanan yg mendaki lagi sulit, maka yakinlah jika jalan itu jalan yg benar yg seharusnya kita tempuh. Somehow it’s always designed like that. Wallahu alam.