Berkah Menjauhi Riba

Perjalanan menuntut ilmu itu memang berkesan. Mendengarkan cerita seorang pengusaha muslim senior yg terus mempertahankan dan menjaga diri dan bisnisnya secara syar’i yang menjauhi riba.

Pertama kali beliau mendirikan usaha adalah dengan mengajukan penawaran barang ke suatu pabrik. Namun, dikarenakan ada bagian dalam perusahaan yg meminta fee agar barang tersebut bisa masuk, beliau pun mengurungkan niatnya karena fee ini termasuk perkara riswah atau suap.

Kemudian beliau mencoba kembali mengajukan penawaran ke pihak lain, yaitu instansi pemerintah. Tak tanggung2 ratusan penawaran ia kirim. Namun, ternyata lagi2 tidak ada yg tembus karena banyak diantaranya yg tergolong perkara riba.

Usaha lain pun ditempuh. Beliau akhirnya memberanikan diri untuk membuka toko untuk menarik konsumen yg membeli secara kontan. Namun, lagi2 hal ini pun gagal. Pendapatan dari toko tidak cukup untuk sekedar menutup biaya listrik, karyawan, dan sewa tempat. Beliau pun merugi hingga ratusan juta.

Di saat itulah, beliau mempasrahkan segala urusannya kepada Allah, Yang Memiliki Alam Semesta ini. Beliau yakin hanya Allah-lah satu-satunya yg bisa menjadi penolong. Semua cara kebaikan untuk berbisnis secara syar’i telah ditempuh. Dan Masya Allah, pertolongan-Nya memang begitu dekat dengan hamba yg dikasihi-Nya.

Ada 1 konsumen yg membeli barang ke tokonya dan kemudian mengundang beliau untuk menemui manager perusahaan dimana konsumen itu bekerja. Qadarullah, beliau ditawari untuk memenuhi kebutuhan perusahaan tersebut secara tetap. Tanpa penawaran, orderan barang pun diterima atas seijin Allah. Nilainya pun ternyata 2 kali lebih besar dari penawaran ke pabrik yg dulu beliau tolak!

Usaha beliau pun kembali bisa bernapas. Saat ada penawaran dari pabrik lain, tetapi kembali meminta ‘fee’, beliau pun langsung menolaknya. Karena beliau yakin jika Allah akan menggantinya 2 kali lipat di saat yg lain. Namun, tak dinyana, penawaran 2 kali lipat itu tak kunjung datang kembali. Seorang ustadz mengingatkan jika niat beliau telah melenceng! Jika saat pertama niatnya adalah menjauhi riba, maka yg kedua ini niat beliau adalah lebih kepada mengharap dunia, yaitu sekedar balasan 2 kali lipat! Beliau pun akhirnya sadar dan beristighfar jika ia telah takabbur dan terayu oleh dunia.

Allah memang Maha Menerima Taubat, usaha yg dirintis beliau akhirnya terus maju setelah tahun ketiga. Setiap niat dan transaksi diperhatikan betul agar benar2 sesuai syariat. Allah kemudian menganugerahi beliau sebuah gudang untuk barang2 dan sebuah garasi yg ternyata bisa diisi oleh 2 mobil yg dibeli secara syar’i tanpa perantaraan bank. Usaha beliau pun kini mampu mencapai omzet 180 juta per bulan. Masya Allah.

Ketika perjalanan kami sampai di tujuan untuk mendengarkan sebuah kajian muamalah dari seorang ustadz, beliau pun masih terus memperbaiki akad dan jenis syirkahnya agar benar2 bersih dari riba. Dan benar saja, ternyata masih ada akad syirkah yg mengandung riba di dalamnya. Subhanallah, begitu rinci Allah mengatur masalah muamalah ini.

Perkara riba ini memang sungguh klasik. Namun, aplikasinya sungguh mendalam dan kompleks di jaman sekarang seperti ini. Sungguh banyak perkara yg tidak kita sadari jika itu mengandung riba. Seperti perkara riswah / fee tadi yg seringkali dianggap hadiah sebagai pembenaran. Sebuah bisnis memang butuh mentor bisnis dan mentor secara spiritual dan agama. Karena bisnis yg berkah adalah bisnis yg bisa mendekatkan pemiliknya pada Allah. Sungguh kami memohon perlindungan dari-Mu dari segala sesuatu yg haram. Aamiin.