Kakek Hakimi : Semangat Seorang Pendidik (Bagian 2)

Kakek Hakimi Basis 10

Kegiatan ‘nyantrik’ di kediaman Kakek Hakimi pada malam itu dilanjutkan dengan obrolan santai mengenai dunia pendidikan. Kakek pernah menjadi seorang Kepala Sekolah dan kemudian pensiun dini karena merasa ada banyak hal yg bertentangan dengan dirinya. Kurikulum, metode pengajaran, permasalahan guru, dan lain2. Hal2 semacam ini merupakan sesuatu yg sulit untuk diubah. Dan pengalaman saya pribadi, bekerja dalam lingkungan sistem yg tidak sesuai dengan hati nurani itu sungguh menyiksa. Di satu sisi mencoba berkompromi dengan keadaan, di satu sisi tidak mau terwarnai dengan keadaan tersebut, dan tidak banyak pula yg bisa diperbuat untuk mengubahnya.

Salah satunya adalah mengenai kebanyakan guru yg hanya sebagai profesi mencari uang. Contoh ekstrimnya : datang masuk kelas, nyuruh buka LKS, kerjain dari halaman sekian hingga sekian, dan kemudian diam atau pergi keluar. Atau : nyuruh buka buku halaman sekian, menyuruh salah seorang muridnya membaca keras2, dan kemudian sekedar bertanya : mengerti anak2? Semua parameter keberhasilan mengacu kepada kurikulum dan metode pengajarannya pun tidak banyak berubah. Kebanyakan guru di Indonesia ini memang ‘kaku’ dan cenderung tidak mau belajar kembali. Ketika ada metode yg baru dan berbeda, mereka cenderung menolak dengan alasan telah terbiasa dengan metode yg lama. Jika ada sertifikasi, barulah mereka bersemangat mengikutinya karena hal ini akan berefek pada meningkatnya penghasilan mereka. Tapi, ini pun tidak serta merta mengubah karakter dan metode guru tersebut menjadi lebih baik, karena jika tidak ada follow-up, maka sertifikasi ini hanyalah sebuah kertas. Seharusnya adalah guru yg memang sebelumnya baik dan berprestasi lah yg berhak mendapatkan sertifikasi ini.

Ketika Kakek Hakimi mengajar matematika dengan metode Basis 10 di rumahnya, setiap anak itu akan mempunyai metode berhitung yg berbeda dengan yg diajarkan di sekolah. Maka ketika anak tersebut berada di sekolah, dia pun menjadi bingung karena gurunya menyuruh dia untuk berhitung menggunakan jari seperti biasa. Gurunya menolak untuk mengadopsi cara si anak berhitung, meskipun sama2 benar. Saya pribadi menilai jika metode Basis 10 lebih baik dan lebih cepat dibandingkan harus menghitung satu per satu jari. Orang tua si anak pun jadinya protes jika metode yg diajarkan Kakek tidak sesuai dgn yg diajarkan di sekolah. Jika terjadi kasus seperti ini, Kakek lebih memilih untuk berhenti mengajar pada anak tersebut agar si anak tidak merasa bingung dan lebih tertekan.

Kata Kakek, pernah ada kejadian anak didikannya memberikan hasil pengerjaan berhitung kepada gurunya sambil berkata, “Ini nilai saya 10 yah Pak, tolong jangan salah memeriksa”. Sontak gurunya kaget, ada anak yg berani dan yakin akan kebenaran jawabannya, meski baginya perkataan si anak itu cenderung kurang sopan. Di sisi kejadian lain, pernah ada anak SD kelas 6  dan SMP yg masih tidak bisa berhitung dengan benar. Setiap ada persoalan berhitung, dia masih harus menggunakan jarinya satu per satu. Bagaimana anak2 semacam ini bisa bertahan di sekolah? Padahal biasanya si anak akan dipaksa terus maju ke jenjang materi yg lebih sulit. Kakek akan menggunakan metode maju selangkah mundur selangkah untuk anak semacam ini. Mundur untuk bergerak maju, yaitu dengan cara mengubah cara berhitung si anak meski dia harus mengulang materi pelajaran matematikanya dari SD kelas 1 atau 2. Jika ‘pondasi’ si anak sudah kokoh, barulah dia bisa melanjutkan ke materi selanjutnya.

Kakek Hakimi pun terkadang mengajak anak didikannya untuk belajar dan bermain di luar kelas. Dengan suatu soal dan metode kreatif, anak2 bisa belajar dari apa yg dilihat dan dirasakannya dari sekeliling dari pagi hingga menjelang sore hari. Secara sekilas pun Kakek dapat menghargai orang di sekitarnya, meskipun orang itu jauh lebih muda. Ketika sesi sharing bersama kami, beliau tidak akan merokok sebelum meminta izin kepada kami. Dan tentunya karena kami pun keberatan, Kakek menahan keinginannya untuk merokok hingga larut malam ketika beliau bisa sendirian di teras rumah yg terbuka.

Melalui akun facebook-nya, Kakek sering mem-posting mengenai metode matematika Basis 10, kritik sosial, puisi, ataupun sekedar bahan tertawaan. Ketika berjalan kemana2, Kakek terkadang memerankan tokoh yg berbeda dari dirinya sendiri, terutama jika beliau baru pertama kali ke daerah tersebut. Pernah ketika Kakek pergi ke Bandung, beliau pura2 menjadi orang yg gagu agar bisa sampai ke tempat yg ingin ditujunya. Alasannya adalah orang lain akan lebih merespon dirinya dan menunjukkan arah yg detail dibanding ketika Kakek bertanya suatu alamat dgn ucapan yg lancar. Patut dicoba deh, hehe…

Kakek Hakimi memang mempunyai mimpi untuk memperkenalkan dan mengembangkan metode matematika Basis 10 ini ke khalayak luas. Pernah ketika ada kesempatan untuk bertemu dengan tim Indonesia Mengajar, Kakek meminta untuk menjadi salah seorang fasilitatornya. Namun, karena persyaratan untuk menjadi fasilitator adalah berpendidikan S1, Kakek jadinya tidak bisa melaksanakan niatnya itu. Sehingga kini, Kakek Hakimi pun sedang giat untuk mengajarkan metode matematika Basis 10 ini pada mahasiswa dan lulusan S1, termasuk saya. Harapannya adalah dengan begitu, metode ini bisa diajarkan dan tersebar dengan lebih luas. Sebetulnya kami pun berencana untuk melaksanakan seminar dan workshop untuk menyebarluaskan metode ini kepada guru dan orang tua khususnya di Karawang.

Sesi ‘nyantrik’ bersama Kakek Hakimi pada malam itu selesai sekitar pukul 12 malam. Pada saat itu pun, Kakek masih asik di depan komputernya. Kakek ternyata memang masih terbiasa tidur larut malam. Ini menunjukkan staminanya yg masih ‘muda’. Keesokan harinya, agenda Kakek pun ternyata cukup padat. Setiap hari Kakek masih terus mengajar anak2 dari berbagai tingkatan, berkunjung ke suatu tempat, bertemu dengan orang2 baru, dan menjadi guru tamu di beberapa sekolahan. Luar biasa, semangat seorang pendidik masih tertanam dengan kuat di dalam diri Kakek Hakimi. Semoga semangat dan perjuangannya mampu menjadi inspirasi dan lecutan untuk bergerak menjadi lebih baik bagi generasi muda Indonesia sekarang ini. Aamiin.

Kakek Hakimi Musik